Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai-ramai... Aktivis dan Selebriti New York Boikot Sultan Brunei

Kompas.com - 25/08/2014, 11:51 WIB
KOMPAS.com — Aktivis hak asasi manusia memiliki pesan sangat jelas untuk Sultan Brunei, yang dikabarkan akan membeli Plaza Hotel di New York. "Kau tidak diterima di New York!"

Kelompok aktivis seperti Human Rights Campaign mengimbau warga New York untuk menentang penjualan hotel di kota itu ke Sultan Brunei. Sultan dikabarkan akan membayar seharga 2,2 miliar dollar AS atau setara Rp 25 triliun lebih untuk membeli hotel itu ditambah dua hotel lainnya dari Subrata Roy, pemilik perusahaan properti Sahara Group.

Para aktivis menyatakan bahwa ketatnya pelaksanaan hukum syariah di Brunei yang memuat hukum rajam pada perempuan dan gay (LGBT) adalah tindakan barbar. Untuk itulah, Sultan Brunei dinilai tidak perlu menjadi pemilik dari salah satu landmark utama New York. Para selebriti seperti Ellen DeGeneres dan Russell Crowe, serta Kim Kardashian juga berpartisipasi dalam boikot publik tersebut.

"Aliran laba AS yang mengalir dari hotel ini ke rezim Sultan harus berhenti. Kami mendesak semua warga New York untuk memiliki satu pesan sederhana dan lurus ke depan untuk Sultan. Berbisnislah di tempat lain," kata Ty Cobb, anggota Human Rights Campaign.

Namun, seorang juru bicara Sultan Brunei membantah hal itu.

"Badan Investasi Brunei ataupun Pemerintah Brunei tidak terlibat dengan cara apa pun dalam pembelian Grosvenor House di London atau Plaza dan Dream Downtown di New York," kata juru bicara tersebut.

Adapun hasil penjualan portofolio, yang juga termasuk Grosvenor House Hotel di London Dream Hotel Downtown akan membebaskan pemiliknya saat ini dari sel penjara di New Delhi, yaitu miliarder flamboyan, Roy.

Roy dipenjara sejak Maret lalu, ketika Mahkamah Agung India menuduhnya gagal melunasi utang kepada pemegang obligasi. Penjualan hotel bisa membantunya membayar uang tebusan yang besar dan kuat untuk keluar dari sel tersebut.

Seperti diketahui, Plaza Hotel kali terakhir dijual dengan harga 570 juta dollar AS atau setara Rp 6,6 miliar pada 2012 lalu, yaitu ketika Sahara membelinya dari perusahaan Israel, Elad Property, setelah renovasi besar-besaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Potret Demo Besar-besaran di AS, Tolak Kebijakan Trump dan Elon Musk
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau