Pembatasan BBM bersubsidi belum berdampak kenaikan harga pangan
Merdeka.com - Kebijakan pembatasan penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sudah berjalan hampir satu bulan. Kebijakan ini sempat dikhawatirkan bakal mendongkrak harga bahan pangan. Namun, sampai saat ini kebijakan tersebut belum berdampak pada melonjaknya harga bahan pangan di pasar.
Justru sebaliknya, harga sebagian bahan pangan turun pasca hari raya Idul Fitri. Hal itu diutarakan Haji Muslih (54) di Pasar Tebet Timur, Jakarta Selatan. Muslih menuturkan saat ini harga pangan cenderung merosot.
"Sekarang lagi murah. Akhir puasa kemarin sudah turun semua harga," ujar Muslih kepada merdeka.com, Senin (25/8).
Muslih yang biasa memasok barang dagangannya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur ini mengaku tidak merasakan dampak dari kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi yang diberlakukan pemerintah pada awal bulan ini.
"Kalau itu (pembatasan penjualan BBM) sih tidak terasa (dampak) ya. Kalau dari pasar induk masih normal-normal saja. Sekarang malah harga-harga pangan turun semua karena pasokan melimpah," tuturnya.
Musli mencontohkan, harga cabai keriting bertahan di kisaran Rp 8.000 per kilogram, bawang merah Rp 10.000 per kilogram serta Tomat Rp 6.500 per kilogram. Rata-rata, harga tersebut mengalami penurunan.
Hal senada juga dituturkan Dadang (47) penjual daging sapi. Meski masih bertahan di atas Rp 100.000, namun harga daging cenderung turun. "Di sini sapi lokal semua. Turun Rp 20.000 dari Rp 130.000 jadi Rp 110.000," ucap Dadang.
Dadang juga mengaku belum merasakan dampak dari kebijakan pemerintah yang membatasi penjualan BBM bersubsidi. "Tidak ada pengaruhnya sekarang. Normal-normal saja. Kalau dari pemasok juga masih biasa," ucap Dadang.
Hal berbeda justru diutarakan Suharti Widodo (60) yang sehari-hari memasok ayam potong di Pasar Tebet Timur, Jakarta Selatan. Suharti menuturkan harga ayam potong saat ini cenderung naik sekitar Rp 2.000. "Sebelum lebaran Rp 33.000 per kilo, sekarang Rp 35.000," ucapnya.
Suharti yang biasa mendatangkan pasokan ayam di daerah Karawang, Jawa Barat ini mengungkapkan, kenaikan harga terjadi karena peternak masih menganggap saat ini momen lebaran, maka harga daging ayam yang mahal masih terbilang wajar.
"Padahal di sini pembeli malah sepi kalau habis Lebaran," keluhnya.
Terlepas dari itu, Suharti sepakat belum terasa dampak kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi maupun dihapuskannya penjualan BBM bersubsidi jenis premium di ruas jalan tol.
"Kalau itu tidak ya. Karena saya itu selalu minta pas mau ambil pasokan ayam, bensin harus full. Pas pulang juga gitu," ucapnya.
"Jadi sejauh ini sih belum merasakan (dampak penghapusan BBM bersubsidi di dalam jalan Tol)," ungkapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menko Airlangga berjanji pemerintah tidak akan menaikkan BBM dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaUsai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaPemerintah sedang mencari formula terkait kenaikan harga beras di pasaran.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah membantah kenaikan harga dan kelangkaan beras karena program bansos pangan yang aktif dibagikan belakangan ini.
Baca SelengkapnyaSetiap negara memiliki tingkat kemahalan bahan bakarnya. Berikut adalah daftar 10 negara dengan harga bahan bakar termahal.
Baca SelengkapnyaCak Imin meluruskan janji akan menggratiskan bahan bakar minyak (BBM).
Baca SelengkapnyaHarga Bahan Bakar Minyak (BBM) di semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) mengalami penyesuaian.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat harga beras saat ini menjadi yang paling mahal sejak tahun 2021.
Baca SelengkapnyaPemicu masih mahalnya harga beras disebabkan oleh pola konsumsi beras dan masa tanam hingga panen.
Baca Selengkapnya