Ketatnya Prabowo-Jokowi dan Grafik Lesunya Pasar Saham

Ketatnya Prabowo-Jokowi dan Grafik Lesunya Pasar Saham

- detikFinance
Jumat, 04 Jul 2014 15:03 WIB
Jakarta - Menarik untuk mencermati kaitan antara elektabilitas calon presiden-wakil presiden dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Seakan ada pola yang linear, elektabilitas dari hasil survei sejumlah lembaga mempengaruhi persepsi pelaku pasar modal.

Harus diakui kebanyakan pelaku pasar modal lebih nyaman dengan figur calon presiden nomor urut 2, Joko Widodo alias Jokowi. Ini sangat terlihat kala PDI-P mengumumkan pencalonan Jokowi sebagai capres, IHSG menguat sampai 3% mencapai 4.878,64 poin.

Setelah pemilihan legislatif, peta kekuatan jelang pemilihan presiden (pilpres) sudah jelas. Jokowi menggandeng Jusuf Kalla. Prabowo Subianto pun akhirnya maju sebagai kontestan dengan didampingi Hatta Rajasa sebagai cawapres.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jokowi yang awalnya diperkirakan bakal melenggang mulus ke kursi RI-1 pun mulai goyang. Berdasarkan hasil survey berbagai lembaga, elektabilitas Prabowo-Hatta terus meningkat. Selisih di antara keduanya terus menipis.

Pada 4 Mei 2014 lalu, peneliti senior SMRC Sirajudin Abas menyatakan, elektabilitas Jokowi mengalami fluktuasi cukup signifikan. Pada Desember 2013, elektabilitas Jokowi masih sebesar 51%. Namun pada Februari 2014 turun di angka 39%. Pada Maret 2014 kembali naik menjadi 52%, dan terakhir pasca pileg 9 April elektabilitas Jokowi diperkirakan 47%.

Sementara Prabowo mengalami kenaikan yang relatif stabil. Dari 22% pada Desember 2013 menjadi 32% pada April 2014 pasca pileg.

"Jokowi fluktuasinya besar sekali. Ini memberi ruang gerak bagi penantang terdekatnya untuk menutup gap. Tapi kemungkinan Jokowi menang masih besar meski untuk satu putaran masih rumit. Karena penurunan Jokowi konsisten, sementara kenaikan Prabowo juga konsisten. Bukan tidak mungkin nanti akan ada terjadi pertemuan titik antara mereka berdua," papar Sirajudin.

Pada 10 Juni 2014, lembaga riset Pol Tracking Institute merilis hasil survei elektabilitas Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Elektabilitas Jokowi-JK memang masih lebih unggul dibanding Prabowo-Hatta. Namun interval selisih elektabilitasnya terpaut tidak jauh, hanya berkisar 7,4%.

Hasil survei lembaga survei pimpinan Hanta Yuda AR ini menunjukkan elektabilitas Jokowi-JK sebesar 48,5% dan Prabowo-Hatta 41,1%. Sementara itu sebanyak 10,4% responden belum menentukan pilihan.

Selisih yang semakin menipis ini direspons negatif oleh pasar. IHSG pada 16 Juni 2014 ditutup di posisi 4.885,459 poin. Melemah dibandingkan posisi perdagangan hari sebelumnya, 13 Juni 2014, yaitu 4.926,663.

Setelah 16 Juni, IHSG terus dalam tren menurun. Puncaknya terjadi pada 25 Juni, di mana Indeks ditutup di posisi 4.838,982. Ini merupakan posisi terendah setelah 6 Mei 2014. Sebagai catatan, posisi 6 Mei 2014 tidak jauh dari rilis SMRC yang menyebutkan persaingan Prabowo dan Jokowi semakin ketat.

Pada 21 Juni 2014, Badan Litbang Kompas merilis survei elektabilitas Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Hasilnya, Jokowi-JK memiliki tingkat keterpilihan sebesar 42,3%. Sementara duet Prabowo-Hatta mendapat elektabilitas sebesar 35,3%. Selisih keduanya pun semakin menipis.

Seolah terhubung, IHSG pun ikut melemah. Pada 23 Mei 2014, IHSG ditutup di posisi 4.842,129. Turun dibandingkan perdagangan hari sebelumnya yaitu 20 Mei yang sebesar 4.872,701.

Lalu lembaga riset asal Australia, Roy Morgan Research, pada 30 Juni 2014 merilis hasil survei mereka. Pada Mei, Prabowo masih punya elektabilitas 24% dan Jokowi 42%. Namun pada Juni, selisihnya menjadi tipis yaitu Prabowo 48% dan Jokowi 52%.

Mungkin ini yang mengakibatkan IHSG pada pekan ini berfluktuasi tajam. Puncaknya baru kemarin, di mana IHSG ditutup di posisi 4.888,735. Turun 19,539 poin (0,4%).



(hds/hds)