DOHA - Perjanjian lisan yang dibuat boss Formula One (F1), Bernie Ecclestone pada pangeran Bahrain 2004 silam, membuat peluang negara Asia Barat untuk ikut serta mengajukan sirkuit kebanggaannya disambangi lomba balap jet darat menjadi mengecil.
Pria kelahiran Inggris itu mengungkapkan pada 2004 silam. Jika negara yang memiliki ibu kota Al Manama itu resmi menjadi salah satu host gelaran F1, otomatis akan menutup peluang bagi negara-negara Arab menggelar ajang tersebut.
“Saya membuat kesepakatan dengan pangeran Bahrain saat itu (Hamad bin Isa al Khalifa) dan mereka bertanya, apakah saya tidak akan mengizinkan negara lain untuk menggelar F1 di negara teluk? Saya bilang ya,” kata pria berusia 84 tahun seperti mengutip GP Update, Sabtu (13/12/2014).
Pebisnis yang pernah mengakuisisi salah satu klub Premier League, Quens Park Rangers itu memang mengizinkan Uni Emirat Arab (UEA) untuk melangsungkan balapan pada 2009. Namun, saat itu ia menyarankan petinggi UEA untuk berbicara kepada pangeran Bahrain.
“Saya menjelaskan kepada mereka sebaiknya berbicara langsung ke Pangeran Bahrain. Jika mereka mengiyakan, saya akan senang,” imbuhnya.
Akhirnya, negara yang memiliki populasi sekitar 9 juta jiwa mendapatkan izin dari pimpinan tertinggi negara Bahrain. Sirkuit Yas Marina mulai dimasukkan ke agenda F1 pada 2009 dan bertahan sampai saat ini.
Namun, usaha yang dilakukan UEA gagal diikuti negara tetangganya, Qatar. Hingga saat ini lobi-lobi yang dilakukan tuan rumah Asian Games 2006 ke negara yang merdeka pada 1971 itu belum berhasil.
“Saya sudah memberi usulan kepada Qatar untuk berbicara kepada perwakilan Bahrain. Tetapi mereka belum berhasil melakukannya,” tutup ayah dari tiga anak itu.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(fmh)
