TEMPO.CO, Tangerang - Mantan Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, pesimistis perseroan mampu terlepas dari utang. Menurut dia, pemegang saham harus menyuntikkan dana yang sangat besar untuk melunasi utang Garuda. (Baca: Emirsyah Satar: Tahun Depan, Garuda Tetap Rugi)
"Kalau perusahaan mau besar, enggak mungkin enggak ada utang, kecuali pemegang saham memberi modal," kata Emir dalam konferensi pers di Auditorium Garuda City Center, Jumat, 12 Desember 2014.
Emir menuturkan utang Garuda di bawah kepemimpinannya selama sepuluh tahun terus membengkak. Menurut Emir, saat dirinya masuk Garuda, utang perseroan mencapai US$ 800 juta. Saat ini utang Garuda mencapai US$ 1 miliar. Namun, ujar Emir, kenaikan jumlah utang diimbangi dengan peningkatan nilai aset. Dia mengatakan aset Garuda naik 2,7 kali lipat dari US$ 1,1 miliar menjadi US$ 3 miliar. (Baca: Emir Mundur, Bagaimana Nasib Saham Garuda?)
Meski begitu, Emir yakin, di bawah pemimpin baru, kinerja Garuda akan meningkat. "Saya yakin, di bawah kepemiminan Pak Arif, Garuda bisa terbang lebih tinggi lagi. Kita bisa lihat hasilnya, beliau membuat Citilink cepat berkembang," ujarnya.
Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Garuda menunjuk Arif Wibodo sebagai pengganti Emirsyah. Arif sebelumnya menjabat Direktur Utama PT Citilink Indonesia, anak usaha Garuda. Karier terakhir Arif sebelum menjadi bos Citilink adalah Executive Vice President Marketing and Sales Garuda Indonesia.
NURIMANJAYABUANA
Berita Terpopuler
Pemred Jakarta Post Jadi Tersangka Penistaan Agama
Kubu Ical Mau Rapat di Slipi, Yorrys: Siapa Lu?
Benarkah Hitler Sesungguhnya Hidup di Sumbawa?