Share

Tim Reformasi Migas Diminta Bekerja Profesional

Rizka Diputra , Okezone · Minggu 21 Desember 2014 08:54 WIB
https: img.okezone.com content 2014 12 21 337 1082062 tim-reformasi-migas-diminta-bekerja-profesional-iSko1niLPv.jpg ilustrasi (Foto: Dok. Okezone)
A A A

JAKARTA - Tim Reformasi Tata Kelola Migas (TRTKM) yang diketuai Faisal Basri diminta bekerja profesional sesuai fakta serta tidak mengumbar pernyataan bombastis, seperti yang menyebut bahwa Petral sarang mafia.

Pengamat Kebijakan Migas, Yusri Usman mempertanyakan pernyataan Faisal pada rapat 17 Desember 2014 lalu yang mengatakan bahwa impor BBM lebih murah dibanding jika diolah di kilang Pertamina.

"Sejak awal saya sudah mengkritisi agar tim bekerja lebih profesional, jangan umbar bicara sebelum memiliki fakta dan data valid dan mengandung kebenaran yang sudah di verifikasikan ke pihak terkait, jangan seperti istilah NATO (No Action Talk Only)," tegas Yusri, dalam keterangannya, Minggu (21/12/2014).

Menurutnya, sejak awal, tim ini nampak tidak profesional. Perlu dijelaskan hubungan mekanisme kerja Petral dengan Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina.

"Diduga fakta-fakta yang sempat diumbar ke publik tersebut bersumber dari Daniel Purba yang juga anggota tim yang tidak lain 'anak emas' Ari Soemarno," tudingnya.

Sehingga, setiap tender Petral lanjutnya, hanya berfungsi mengundang dan merekapitulasikan dan mengusulkan ke ISC untuk dievaluasi mengikuti General Term Condition (GTC) sebagai standard prosedur yang baku.

Ia mengingatkan, seharusnya Daniel yang selalu dipuji sebagai orang paling jujur oleh Faisal berbicara jujur juga dengan hati nurani soal proses bisnis di Petral sejak tahun 2004 sampai dengan dia menduduki posisi VP Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina ISC tahun 2008 sampai dengan 2009.

Menurutnya, ada banyak kejanggalan manakala ISC beroperasi. Misalnya, penjualan greencoke 300.000 MT melalui Paramount Petrol dan Orion Oil (Post Box Company) dan terus melalui Mitsubishi dan Thyssen baru kemudian dijual ke pembeli akhir SSM di Eropa dan Xijiang di China.

"Dugaan kerugian Pertamina akibat proses ini sebesar sekira USD2.400.000 akibat tidak langsung ke pembeli akhir," tandasnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(put)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini