TEMPO.CO, Pangkalan Bun - Cuaca tak menentu di perairan Laut Jawa membuat pencarian pesawat Air Asia QZ8501 yang hilang sejak Ahad, 28 Desember 2014, terhambat. (Baca: Ahok Doakan Air Asia: Semoga Tuhan Beri Kecerdasan)
Pada Selasa pagi, 30 Desember 2014, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) memberangkatkan dua pesawatnya, yakni Hercules dan CN-295 dari Landasan Udara Halim Perdanakusumah. Kedua pesawat fokus melakukan pencarian di dua wilayah yang berdekatan dengan lokasi terakhir pesawat Air Asia terdeteksi. (Baca: Pengamat: Serpihan Air Asia Bisa Saja Terbawa Arus)
Namun dalam perjalanan, cuaca buruk menghambat pencarian. Awan tebal dan hujan gerimis menyambut tim yang melakukan pemantauan di perairan sebelah selatan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Tempo yang ikut dalam tim, merasakan pesawat CN-295 yang dikomandoi Panglima Komando Operasional TNI AU 1 Marsekal Muda A. Dwi Putranto terguncang-guncang cukup hebat saat memasuki wilayah udara yang berawan tebal. (Baca: 70 Kapal Nelayan Pantura Ikut Cari Air Asia)
Pesawat terus berupaya menghindari awan dan hujan. Pilot kemudian menerbangkan pesawat berputar-putar pada ketinggian 500 kaki di atas permukaan laut. Dari ketinggian ini, tampak Laut Jawa bergejolak. (Baca: Nelayan Ramai-ramai Bantu Cari Pesawat Air Asia)
Gelombang tinggi membuat pengamatan semakin sulit untuk mencari sisa-sisa pesawat Air Asia. Sepanjang penerbangan, pilot tak pernah mematikan lampu peringatan agar penumpang memasang sabuk pengaman. Butiran air membasahi jendela pesawat. (Baca: Air Asia, Ditemukan Serpihan Pesawat di 3 Lokasi)
"Kami fokus di sekitar titik terakhir kontak pesawat Air Asia," kata Dwi. Dia memerintahkan pilot untuk terbang lebih rendah dan terus mengitari area perairan yang diduga kuat jadi tempat menghilangnya Air Asia jurusan Surabaya - Singapura itu. (Baca: Air Asia Hilang, Pengasuh Bayi Ini Batal Berlibur)
Meski cuaca tak bersahabat, kegigihan tim akhirnya terbayar. Pada sekitar pukul 09.30, di atas Perairan Pangkalan Bun, Dwi yang tak pernah melepaskan pandangannya dari jendela pesawat menunjuk ke sebuah benda berwarna jingga yang mengambang di laut. Pesawat kemudian berputar, kemudian kru membuka pintu belakang burung besi yang biasa digunakan untuk berlatih terjun payung itu. (Baca: Cari Air Asia, Pilot TNI Lihat Tubuh Manusia)
Angin kencang langsung menyeruak ke dalam kabin saat bokong pesawat terkuak lebar. Semua penumpang yang terdiri dari wartawan dan kru diminta mengencangkan sabuk pengaman. Dwi lalu mengajak dua fotografer yang membawa lensa telefoto untuk mendekat ke bibir pintu. Mereka memakai rompi pengaman yang dikaitkan ke tali baja di atas kabin. Pilot menurunkan ketinggian, tak lama, Dwi menunjuk benda yang dia lihat. (Baca: Keluarga Penumpang Air Asia Akan ke Belitung)
Satu jam lamanya pesawat berputar-putar. Lokasi pengamatan hari ini hanya berjarak 10 kilometer dari titik terakhir Air Asia terdeteksi radar. Persisnya, 190 kilometer arah selatan Pangkalan Bun. Satu per satu benda mencurigakan terlihat. Mulai dari benda persegi yang mirip jaket pelampung, lempengan besar berwarna putih, serpihan-serpihan kecil, sampai benda berwarna jingga terang yang berbentuk seperti silinder. Di kokpit, seorang kru duduk di antara pilot dan kopilot. Dia sibuk merekam radar dan mencatat koordinat benda-benda yang ditemukan. (Baca: Usai Anjlok, Saham Air Asia Mulai Pulih)
"Maunya barang-barang itu kita ambil, tapi kalau pakai pesawat enggak mungkin, harus pakai helikopter," kata Dwi. Dia tak mau menyatakan benda-benda misterius itu berasal dari pesawat yang hilang, "Harus diteliti dulu." Meski begitu, keberadaan benda-benda ini sangat mencurigakan, "Soalnya letaknya berdekatan dan tercecer tak jauh dari koordinat terakhir AirAsia." (Baca: Di Mana Pelampung Diduga Air Asia Ditemukan?)
Dwi menyuruh pilot mendarat di Pangkalan Bun. Hanya satu jam beristirahat, dia langsung kembali terbang. Namun kali ini Dwi menumpang helikopter Super Puma. "Ini mau ke lokasi tadi, kami upayakan barang-barang itu bisa kami ambil, supaya lebih yakin." Rencananya tim TNI AU dan Badan SAR Nasional akan mengambil dengan cara menurunkan anggota TNI AU yang terlatih, dari atas helikopter ke permukaan laut menggunakan tali. (Baca: Cari Air Asia, Basarnas Pantau Serpihan di Bangka)
Awan tebal masih menyelimuti langit Pangkalan Bun. Sebetulnya, Dwi ingin menunggu cuaca membaik sebelum helikopter terbang. "Tapi takutnya barang-barang itu terbawa arus, lebih baik terbang sekarang." Super Puma berwarna loreng hijau-hitam yang terparkir di Lanud Iskandar Pangkalan Bun dinyalakan. Tak sampai sepuluh menit, helikopter mengudara, seakan tak mau kalah oleh awan dan gerimis. (Baca juga: Tim Pencari Air Asia Temukan Benda Mirip Pelampung)
PRAGA UTAMA
Topik terhangat:
AirAsia | Banjir | Natal dan Tahun Baru | ISIS | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Jokowi: Papua Sangat, Sangat, Sangat Kaya, namun...
Akuisisi Bloomberg TV oleh Bosowa Rampung 2 Bulan
Harga Pertamax Turun Bulan Depan